PENERAPAN KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM BASED LEARNING
DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) secara teoritis lebih menawarkan prospek dalam merehabilitasi kualitas pendidikan nasional untuk merespon ketatnya persaingan di era globalosasi. Karena itu wajar jika banyak pelaku dan pengamat pendidikan yang menaruh optimisme sekaligus harapan terhadap KBK dalam memperbaiki kinerja pendidikan nasional.
Namun dipihak lain, banyak pelaku dan pengamat pendidikan yang cukup pesimis dalam menyongsong pemberlakuan KBK. Akibatnya, para guru mempunyai pemahaman yang berbeda-beda mengenai KBK. Fenomena inilah yang menbuat sejumlah pengamat pendidikan masih meragukan prospek keberhasilan para pejabat Depdiknas dengan kerja keras dalam mematangkan persiapan penerapan KBK. Misalnya, dengan meningkatkan frekuensi sosialisasi uji coba KBK serta memperbanyak jumlah sekolah yang menjadi pilot proyek penerapan KBK dalam beberapa tahun kedepan.
Jika ditelaah, ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya KBK antara lain:
Pertama, perjuangan reformasi yang satu misinya mengagendakan perbaikan sektor pendidikan menuju penyempurnaan kurikulum.
Kedua, dunia pendidikan nasional kini masih mengahadapi banyak problema, antara lain belum meratanya kesempatan pendidikan, proses pendidikan yang kurang efektif, serta mutu keluaran yang kurang memuaskan.
Ketiga, dewasa ini terjadi perubahan-perubahan besar dalam sejarah peradaban dunia yang perlu direspon dan diantisipasi oleh dunia pendidikan.
Keempat, perubahan perombakan kurikulum merupakan suatu kebutuhan.
Keunggulan konseptual KBK juga terletak pada orientasi belajar yang menekankan pentingnya belajar mandiri, bekerja sama dan menilai diri sendiri. KBK juga menekankan orientasi hasil belajar dan keberagaman hasil belajar, pembelajaran yang menggunakan pendekatan metode secara bervariasi serta menekankan sumber belajar secara lebih luas baik dari guru maupun sumber belajar lain yang memenuhi sumber edukasi. KBK memberikan fokus perhatian pada dimensi kearifan manusia dengan menekan pengembangan kecerdasan sosial, emosional, kognitif, keterampilan serta sifat-sifat kepribadian secara seimbang.
Suara Merdeka.2004, “KBK.” Suara Merdeka, 19 Juli 2004.
OBJECTIVE: To explore junior and senior students' perceptions of their self-directed learning (SDL) capabilities in an innovative graduate-entry medical program and to determine the construct reliability of the survey instrument utilized.
METHODS: A cross-sectional survey design in which a self-report questionnaire was administered to undergraduate medical students of King Saud bin Abdul Aziz University for Health Sciences, Riyadh in October 2008 and March 2009; soon after entry and in their year 3 of an integrated problem-based learning (PBL) program. The questionnaire sought self-assessment on 14 SDL capabilities.
RESULTS: Questionnaire construct reliability was high. Respondents had medium to high perceptions of their self-directed learning capabilities in areas that are among the main building-blocks of self-directed learning. In comparison to junior students, senior students had statistically significantly higher mean scores on 11 of 14 self-assessed SDL competencies.
CONCLUSION: Consistent with other studies of SDL in a graduate-entry PBL curriculum, most students perceived themselves as having moderate to high SDL capabilities. Knowledge of learners' perceived levels of self-directedness is helpful for both students and medical educators. By understanding learners' conceptions of their self-directed learning capabilities we can design evidence-based program modifications that are likely to promote intended curriculum objectives. Longitudinal studies are needed observing the application and stability of perceived capabilities.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19750271?ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DefaultReportPanel.Pubmed_RVDocSum’
PBL menggunakan diskusi kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan kelompok tutorial mengunakan metode seven jumps yang terdiri:
1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario.
2. Penentuan masalah yang disepakati bersama.
3. Brain storming, mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan prior knowledge serta identifikasi yang kurang.
4. Menyusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara (tentative solution).
5. Penentuan tujuan pembelajaran yang akan diraih.
6. Belajar mandiri.
7. Menjelaskan belajar mandiri mahasiswa dan saling berdiskusi
http://fk.unair.ac.id/unit/pbl/welcome.asp
PBL adalah metode yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
(Suradijono, 2004)
Menurut Duch.1995. Problem Based Learning (PBL) adalah metode Pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
PBL merupakan pendekatan sistematik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan hidup dan karir.
(Barrows H.S dan Kelson A, 1993)
Menurut Zulharman, Program Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. http://www.wordpress.com/
Menurut Harsono, Prior Konwledge adalah modal utama dalam proses diskusi kelompok. Prior Knowledge akan keluar dari para peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Trigger dalam PBL dikenal sebagai skenario yang merupakan subtopik dari topik tertentu. Skenario dibuat sedemikian rupa untuk mengarakan para peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. http://www.cmld.ugm.ac.id/
PBL merupakan pendekatan sistematik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan hidup dan karir.
(Barrows H.S dan Kelson A, 1993)
Menurut Zulharman, Program Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. http://www.wordpress.com/
Menurut Harsono, Prior Konwledge adalah modal utama dalam proses diskusi kelompok. Prior Knowledge akan keluar dari para peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Trigger dalam PBL dikenal sebagai skenario yang merupakan subtopik dari topik tertentu. Skenario dibuat sedemikian rupa untuk mengarakan para peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. http://www.cmld.ugm.ac.id/
Penerapan strategi PBL membentuk mahasiswa tidak lagi sekedar bersikap pasif dalam perkuliahan, tapi harus aktif secara priodik dalam tutorial dan keterampilan laboratorium. Di sinilah mahasiswa dirangsang berdiskusi secara aktif mengenai berbagai permasalahan yang umum dijumpai dalam praktek kedokteran. Mahasiswa dilatih untuk menganalisis masalah dalam kelompok serta bertanggung jawab mengumpulkan informasi yang relevan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan metode pembelajaran PBL telah diterapkan FK UNSOED sejak tahun 2005 hingga sekarang. http://fkik.unsoed.ac.id/
FK UGM telah menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah, problem based learning secara penuh sejak 2003. Dalam PBL, mahasiswa tidak lagi sekedar bersikap pasif dalam perkuliahan, tapi harus aktif secara periodik dalam tutorial kelompok dan keterampilan laboratorium. Di sinilah mahasiswa dirangsang berdiskusi sacara aktif mengenai permasalahan yang umum dijumpai dalam praktek kedokteran. Mahasiswa juga dilatih untuk menganalisis masalah dalam kelompok serta bertanggung jawab mengumpulkan informasi yang relevan.
Untuk mendukung kompetensi tersebut, metode pembelajaran yang diterapkan juga sangat bervariasi sesuai dengan strategi pendidikan, yaitu meliputi aktivitas pembelajaran seperti problem based learning, task based learning, large group teaching, small group teaching, learning contact, diskusi panel, seminar & lokakarya, studi praktek keterampilan, studi kepustakaan. Seluruh aktuviutas tersebut menuntut kemahiran dan keahlian mahasiswa dalam berpikir kritis dalam memecahkan masalah, belajar mandiri dan mampu berpartisipasi dalam tim. Selain itu, strategi pembelajaran yang lain adalah SPICES. http://fk.ugm.ac.id/dokter/php
Harden mengenalkan konsep the SPICES model untuk pengembangan kurikulum (Harden et al 1984).
1. Huruf S (Student Center Learning) maksudnya pelajar yang memegang kontrol dalam pembelajaran.
2. Huruf P (Problem Based Learning) maksudnya pembelajaran bertolak dari problem nyata.
3. Huruf I (Integration) maksudnya ada integrasi dalam bidang disiplin ilmu.
4. Huruf C (Community Based) maksudnya kurikulum sekarang harus berorientasi kepada komunitas.
5. Huruf E (Electives) maksudnya kurikulum harus memberikan pilihan bagi pelajar untuk memilih.
6. Huruf S (Systematic) maksudnya kurikulum dikembangkan secara sistematis.
(Pengembangan Pendidikan Kedokteran.htm)
Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan kesehatan ditetapkan Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pengaturan Praktek Kedokteran bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan doker gigi dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi, dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi. KKI bertanggung jawab kepada presiden dan berkedudukan di Ibukota negara republik Indonesia. http://www.depkes.co.id/
KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.
KKI mempunyai tugas meregistrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktek kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing
(KKI.2006)
KKI mempunyai wewenang terhadap dokter dan dokter gigi yakni:
· Menyetujui dan menolak permohonan registrasi,
· Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi,
· Mengesahkan standar kompetensi,
· Melakukan pwngujian terhadap persayaratan registrasi,
· Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran,
· Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi,
· Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenai sanksi oleh organisasi profesi karena melanggar ketentuan etika dan profesi. http://www.inamc.or.id/
Standar kompetensi dokter yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia meliputi 7 area, antara lain:
1. Komunikasi efektif,
2. Keterampilan klinis,
3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran,
4. Pengelolaan masalah kesehatan,
5. Pengelolaan informasi,
6. Mawas diri dan pengembangan diri,
7. Etika, moral medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien. (jurnal,2008)
0 komentar :
Posting Komentar