RSS Subscribe

healhty life

Minggu, 13 Desember 2009

INDEPENDENT LEARNING PADA FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
2.1.1 Defenisi Independent Learning
Ada beberapa istilah yang mengacu pada pengertian yang sama tentang belajar mandiri. Istilah-istilah tersebut adalah 1) independent learning, 2) self-directed learning dan 3) autonomous learning. (Candy, 2006)
Kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. (Mujiman,2008)

Konsep inovasi pendidikan (Harsono, 2004):
· Mahasiswa memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah keteknikan yang dijumpainya,
· Student-centered: mahasiswa belajar secara aktif dan mandiri (sebagai adult learner) dengan sajian materi terintegrasi (horisonal dan vertikal) dan relevan dengan real setting (profesionalism),
· Mahasiswa mampu berpikir kritis, mengembangkan inisiatif,
· Mahasiswa menjunjung tinggi etika engineering dan memperhatikan legal.
2.1.2 Defenisi Self Directed Learning
SDL adalah sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri (FK UNRI, 2008)
Mahasiswa pada proses pendidikan di perguruan tinggi, yang membutuhkan kemandirian dan belajar mandiri (self directed learning). Selain itu materi yang diberikan diharapkan menjadi pengetahuan awal untuk proses pendidikan selanjutnya.(FK UNPAD, 2007)

2.1.3 Defenisi Critikal Thinking
Critical thinking is about evaluating the reliability and validity of any theory, model, idea or practice in the context in which it is applied, or to be applied. It is about making connections, synthesizing and weighingup ideas.Cottrell, S, 2005)

Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, synthesizing, and/or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication as a guide to belief and action. In its exemplary form, it is based on universal intellectual values that trancend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision, consistancy, relevance, sound evidence, good reasons, depth, breadth, and fairness. It entails the examination of those structures or elements of thought implicit in all reasoning: purpose, problem, or questionate-issue, assumptions, concepts, empirical grounding; reasoning leading to conclusions, implication and consequences, objection from alternative viewpoints, and frame of reference” (Jenicek M., 2006)

Berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi dari tujuan pendidikan perguruan tinggi di banyak negara. Pendidikan tinggi di Amerika menjadikan berpikir kritis sebagai salah satu sasaran yang ingin dicapai.(Duldt, BW, 2004)

Selama menempuh pendidikan, berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, journal, teman diskusi, termasuk argumentasi dosen dalam kuliah (Bassham G., et al., 2005)

Critical thinking dapat diajarkan secara efektif jika diterapkan dalam konteks atau situasi sesungguhnya dan sesuai dengan kebutuhan siswa (Abraham dkk, 2004)

Critical thinking dapat pula diajarkan dalam context independent.(Winch, 2006)

2.1.4 Defenisi Deep Learning
Deep learning is learning that takes root in our apparatus of understanding, in the embedded meanings that define us and that we use to define the world” (Nelson et al, 2008)

0 komentar :

Posting Komentar