Pengertian
Priapisme adalah ereksi yang nyeri dan menetap dan tidak berhubungan dengan gairah maupun kepuasan seksual.Penyebab priapisme bisa terjadi pada semua kelompok umur, termasuk bayi baru lahir. Priapisme pada anak-anak biasanya ditemukan pada penderita leukemia. Sel darah putih yang menyumbat atau menghalangi aliran darah dari penis sehingga terjadi priapisme.
Anak-anak yang menderita penyakit sel sabit juga bisa mengalami priapisme. Penyebab priapisme lainnya pada anak-anak adalah trauma, baik pada penisnya sendiri maupun pada daerah di bawah penis (perineum) dan cedera korda spinalis. Pada pria dewasa, penyebab priapisme bisa diketahui bisa juga tidak. Salah satu penyebabnya adalah penyakit sel sabit.
Namun penyebab yang paling sering dari priapisme pada dewasa adalah obat-obat yang disuntikkan seperti; Obat psikosa (torazin, klorpromazin), Obat anti hipertensi (prazosin), marijuana, obat yang digunakan untuk mengobati impotensi, antikoagulan, kokain, kortikosteroid, tolbutamid, trazodon.
Gejala
Gejalanya penyakit ini berupa ereksi disertai nyeri yang terjadi tanpa adanya rangsangan seksual dan berlangsung selama 4 jam atau lebih.
Komplikasi
Beberapa komplikasi meliputi iskemia, penggumpalan darah (trombosis) di penis, dan kerusakan pada pembuluh darah di penis yang dapat menyebabkan impotensi. Dalam kasus-kasus serius kondisi ini dapat menyebabkan gangren, yang kemudian harus ditangani dengan amputasi penis.
Pengobatan
Pengobatan disesuaikan dengan pada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat segera dihentikan. Jika penyebabnya adalah kerusakan saraf, diberikan obat bius melalui spinal. Bila penyebabnya adalah bekuan darah, dilakukan pembedahan untuk membuang bekuan darah atau untuk membuat bypass agar sirkulasi penis kembali normal.
Bila ereksi telah terjadi selama dua jam, terapi yang dianjurkan adalah pseudoefedrina 120 mg secara oral. Bila sudah empat jam, dianjurkan 120 mg pseudoephedrine lagi. (Therapeutic Guidelines, 2001)
Bila ereksi telah berjalan selama enam jam, seorang tenaga medis harus dihubungi. Terapi pada tahap ini meliputi aspirasi (penyedotan) darah dari corpus cavernosum dengan bius lokal. Bila belum cukup, aspirasi ini harus dilakukan dengan suntikan adrenalina sebagai adjuvant. (Therapeutic Guidelines, 2001)
Bila aspirasi gagal dan pengisian terjadi kembali, bedah bypass (surgical shunts) dicoba. Usaha untuk mengembalikan keadaan ke normal dengan mengalihkan darah dari corpora cavernosa yang mengeras/menegang ke corpus spongiosum (glans penis dan uretra). Langkah pertama dilakukan di bagian distal (ujung), diikuti dengan proksimal (pangkal).
Daftar Pustaka
Therapeutic Guidelines Limited (2001). Therapeutic Guidelines: Endocrinology (2 ed.). North Melbourne: Therapeutic Guidelines Limited. ISSN 1327-9505
Kamis, 09 Desember 2010
PRIAPISMUS
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar